Direktorat umum dan infrastruktur ( DUI ) telah memulai upaya besar untuk mengubah pengelolaan limbah plastik menjadi sebuah inovasi yang ramah lingkungan, yaitu konblok. Misi mereka adalah mencapai status “zero waste,” namun bukan tanpa tantangan, zero waste dalam konteks IPB University, berarti mencapai pemrosesan limbah plastik yang efisien dari sumbernya yaitu produksi sendiri, sehingga dapat digunakan di lingkungan kampus.
Agus Amperanoto,SH selaku Asisten Direktur Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Kampus Direktorat Umum dan Infrastruktur mengemukakan pandangannya mengenai misi zero waste. “Zero waste yang dimaksud jangan sampai gagal paham, mustahil bisa dilakukan di hulu. Di hulu itu artinya para produsen, termasuk kita. Kalau dibatasi mungkin bisa kayak penggunaan tumbler untuk sehari- hari. Berbagai plastik kemasan biasanya untuk membungkus nasi yaitu Styrofoam Kotak itu yang sekarang lagi merajalela. Mungkin bisa dengan regulasi atau peraturan yang turunan dari peraturan menteri dalam bentuk SK atau kebijakan,” ungkapnya. Pada tahap hulu, Direktorat Umum dan Infrastruktur mencoba mencari solusi untuk mengelola limbah yang tidak bernilai seperti plastik, kemasan, berbagai kopi saset, atau limbah-limbah dari kamar mandi seperti bekas sabun yang banyak mengandung aluminium foil, serta styrofoam yang sulit diolah. Agus Amperanoto,SH juga mengungkapkan bahwa IPB sebagai lembaga pendidikan dan penelitian setiap tahun membeli produk-produk elektronik yang mengemasnya dengan styrofoam, namun limbah styrofoam tersebut hampir tidak diambil oleh pemulung.
Proses Pembuatan
Mengenai pemrosesan limbah plastik menjadi konblok, Agus Amperanoto,SH menjelaskan, “Satu konblok itu tidak kurang dari empat setengah kilo plastik bahan bakunya, menjadi dua setengah kilo target memang dua setengah. Sementara ini kita yang udah produksi baru dua koma tiga lah. Proses konblok ini memang lumayan pelik. Kenapa? Sayangnya misi Green Campus proses pemilahan yang terjadi di Hulu karena kemarin sempat tersendat gara-gara pandemi akhirnya proses pemilihan itu tidak terjadi.
Pemilahan Sampah Sebagai Bahan Dasar
Kami di Taman Semangat ini lumayan harus memilah. Mana yang styrofoam, mana yang mika, mana yang plastik mengandung aluminium foil, mana yang styrofoam karet. Itu mau tak mau akhirnya kami pilah, termasuk styrofoam plastik-plastik bekas bungkus daging, berbagai macam aneka kantong kresek yang berbagai warna. Nah, itu yang kami proses.”
Alat Yang Digunakan
Untuk menciptakan konblok, Direktorat Umum dan Infrastruktur telah menggunakan tiga alat khusus yang melibatkan penghancuran styrofoam, pengolahan bahan mentah plastik, dan cetakan konblok dengan menggunakan hidrolik. Hasilnya adalah produk konblok yang ramah lingkungan dan kuat, yang dapat digunakan baik oleh orang-orang maupun kendaraan.
Selain itu alat tekan yang kami gunakan menggunakan hidrolik supaya proses pemadatannya itu betul-betul maksimal. Sehingga konblok ini ketika jadi bisa dilalui tidak saja orang tapi kendaraan-kendaraan. Memang perlu dipikirkan ke depan, kalau ingin mengembangkan yang sifatnya produksi dalam bentuk properti dari bahan plastik yang tidak bernilai ini, bisa dalam bentuk papan, balok, meja, atau apalah istilahnya yang kita bisa ciptakan hanya memang alat pun harus kita setting apa sistem knockdown ,membentuk, mendatangkan atau membuat alat baru Jadi untuk sementara ini kita lagi berproses untuk menghasilkan konblok yang betul-betul punya nilai jual dan punya kekuatan. Kita sudah bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian sekarang ini melakukan uji tekan dan melakukan kolaborasi tentang ramuan-ramuan yang betul-betul bisa menghasilkan produk-produk yang luar biasa.
Kompor Rekayasa Pembuat Konblok
Alat pembakar kita menggunakan kompor rekayasa menggunakan oli bekas dicampur dengan solar sedikit dan minyak jelanta. Terus kompornya memang kami rekayasa sendiri. Kalau menggunakan gas kami sudah coba Proses pencairan memakan waktu 1.5 sampai 2 jam itu lumayan boros. Mau pakai elemen pasti listrik kita akan boros. Makanya kami coba menggunakan oli bekas. Mengenai alat ini ramah atau tidak, justru saya perlu kritik dari orang-orang IPB University sendiri. Terutama orang-orang yang mengerti tentang teknologi, bagaimana menyempurnakan alat kita ini supaya betul-betul ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polisi baru. Walaupun saya sudah punya tim yang bisa rekayasa ini. Kita sangat terbuka terhadap saran dan kontribusi dari komunitas IPB University dan pihak terkait untuk menyempurnakan proses ini. Agus Amperanoto,SH menegaskan bahwa upaya ini harus selalu memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan lingkungan, serta harus selaras dengan prinsip ramah lingkungan yang menjadi fokus utama dari misi zero waste IPB University. Dalam upaya ini, Direktorat Umum dan Infrastruktur berharap untuk menghasilkan konblok yang memiliki nilai jual dan memberikan solusi terhadap permasalahan pengelolaan limbah plastik, dengan langkah-langkah yang mereka ambil.
Direktorat Umum dan Infrastruktur membuktikan bahwa solusi inovatif bisa diciptakan untuk mengelola limbah plastik menjadi sesuatu yang berguna, ramah lingkungan, dan ekonomis. Selain itu, semangat IPB University dalam menciptakan Green Campus dengan mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan plastik sekali pakai merupakan contoh inspiratif bagi institusi pendidikan lainnya. Melalui usaha ini, mereka berharap dapat memberikan kontribusi yang positif dalam upaya global untuk mengurangi limbah plastik dan mewujudkan lingkungan yang lebih berkelanjutan.